Kamis, November 06, 2008

Kutipan " Pelayan atau tuan "

Prinsip manajemen terpadu akan menjadi paling menarik dan menjanjikan dimasa kini atau nanti. Walau bisa saja ini dianggap sebagai hal baru, akan tetapi Civil Servant/ Public Servant benar-benar dibutuhkan masyarakat, hatta itu badan usaha atau lembaga-lembaga semisal LSM, Ormas keagamaan, lembaga pedidikan. Terlebih lagi pemerintah, yang mana pemerintah adalah pemegang `kekuasaan' yang sejatinya adalah amanah dari rakyat. Sebagaimana hakikat keberadaan 'pribadi' manusia (person) di bumi adalah sebagai khalifah, khalifatul fil ardhi.

Lalu, ahli politik Inggris Johan Locke (1632-1704) yang tulisannya sangat mempengaruhi pembentukan konstitusi Amerika, menekankan bahwa pemerintah harus menjadi pelayan, (baca : bukan tuan) dari rakyat yang membetuknya. Amerika Lho. Indonesia Apa Kabar, Korupsi?

Atau yang lebih sederhana, misalnya sekedar untuk melayani pajak saja masyarakat harus antri berderet-deret mematuhi birokrasi dan prosedur yang `pabelieut', belum lagi dengan beberapa pegawainya yang sombong. Ya kurang lucu aja, masak cuma mau dikorupsi (walau tidak semua) saja harus mandi keringat. Sementara yang dibawah jembatan sana juga banyak manusia. Sesekali penggusuran. Ga jarang juga PKL (Pedagang Kaki Lima) jadi alas an, alasan `mengganggu pemandangan' jadi apologi. Bukannya justru mereka adalah tanggung jawab Para Wakilnya yang disana, dan Pemerintah adalah eksekutornya?

Pemilu, reformasi atau apalah namanya, jika tidak ada upaya (political will dan political riil) untuk melayani atau memberdayakan masyarakat, apalah artinya?

Banyak masyarakat mengharap perubahan, fakta pemilu 2004 dengan %tase golput +- 20% bisa jadi di 2009 menjadi dua kali lipatnya. Mau bicara apalagi jika fakta memang demikian adanya.

`Rakyat selalu benar' (dalam artian untuk dilayani/diberdayak an), sehingga `kepercayaan' rakyat terhadap pemerintah adalah `feed back'nya. Ada gula ada semut. Pola hubungan bolak-balik ini menjadi layak sebagai sebuah tolok ukur tersendiri untuk mengukur sebuah `kesuksesan' .

Sebut saja `lucu' jika para politikus tidak cukup peka terhadap rakyat, dan semakin lucu karena dibalas dengan kelucuan-kelucuan politikus lain, republik satu dengan republic yang lain. Cukup puaskah politikus `menyendiri' dalam mengurus negeri? Tokoh-tokoh agama, ilmuwan, pengusaha, pendidik, cendekiawan yang masih bersih nurani, kemana?. Mungkin mereka lebih memilih menjaga diri karena, jelas-jelas mereka bukan pelawak.

Dixie Lee Ray, politikus Amerika suatu ketika berkata "apapun yang dapat dilakukan swasta, dapat dilakukan oleh pemerintah dengan lebih baik". Presiden Ronald Reagen mengulanginya "Sembilan kata yang sangat menakutkan dalam bahasa Inggris adalah : saya dari pemerintah dan saya disini untuk membantu anda"

Hugh Sidey mendefinisikan kembali pemerintah sebagai berikut : "Ketika birokrat membuat kesalahan dan terus menerus membuat kesalahan tersebut, maka kesalahan ini biasanya menjadi kebijakan baru".

Pernyataan bernada negatif yang paling awal tentang pelayanan pemerintah dating dari seorang ahli pidato Roma, Taritus yang mengatakan "Semakin korup suatu bangsa (t), semakin banyak peraturan dibuat", mungkin kata-kata paling pedas datang dari Jendral bangsa Inggris, Sir Walter Walker : "Inggris telah menemukan peluru kendali baru. Namanya, pelayan masyarakat – yang tidak berfungsi dan tidak dapat dipecat (=fired, yang dalam persenjataan bias pula ditembakkan) ". Atau yang dating dari Boeit Penrose (Senator Amerika 1897-1921), "Kantor pemerintah adalah tempat pelarian orang-orang tidak kompeten".

Lalu Abraham Lincoln berkata : "Dari Rakyat, oleh Rakyat dan untuk Rakyat" ia tidak menunjuk pada hubungan sebab-akibat dari ketiga aspirasi ini. Ia menganggap itu adalah 3 hal yang terpisah yang berdiri, yang berdiri sendiri dalam mimpinya. Masing-masing tidak menjamin 2 hal lainnya, dst. Misal : seseorang yang dari rakyat, dipilih pemerintah oleh rakyat mungkin saja tidak bekerja untuk rakyat. Atau serupa dengannya, melalui kecurangan/manipula si, seseorang yang dipilih oleh rakyat mungkin bukan benar-benar pilihan dari rakyatnya. Pelayanan yang bermutu seharusnya merupakan integrasi ketiganya. Dari, oleh dan untuk rakyat. Atau pemerintah yang bersama rakyat untuk kepentingan bangsa, as a nation. Integral.

Di Negara sosialis, Rusia misalnya, seorang Czar menjelang kematiannya mencurahkan perasaan frustasinya terhadap birokrasi pejabat-pejabat Rusia dengan kata-kata : "Saya tidak memerintah Rusia, berpuluh-puluh ribu pegawai yang sebenarnya memerintah".

Pernahkah terbayang bagaimana system pemerintahan Rosulullah SAW dan jaman pemerintahan `Presiden' Abu Bakar, Umar, Utsman. Ali (?). Mungkin kita bisa berkata : "Rasanya seperti kembali ke dunia beradab". Karena semuanya Integral.

Ada complain? Terima kasih jika bersedia menunjukkan refferensinya.

0 komentar:

Posting Komentar